Jumat, 04 Maret 2016

Ini Namanya Kebersamaan

Masa itu sudah lama berlalu, tapi kenangan tak akan berlalu begitu saja. Rindu, sudah pasti. Tak akan terualang memang, tapi akan selalu tersimpan dalam album memoriku ini. 



Sabtu, 01 Februari 2014

Apa Kamu itu Dia?

Begitu lembut tatap matanya
Hangat genggam tangannya
Nyaman saat bersamanya
Bersandar dibahumu pernah kurasa
Meski itu semua mimpi
Namun terasa begitu nyata
Pertemuan yang tak kuduga sebelumnya
Melihatmu saat itu
Seolah aku mengenalmu
Walau sebelumnya tak pernah bertemu
Aku ingat tatapan itu
Sangat nyata, dan ada didalam matamu
Apakah kamu itu dia?
Dia yang sempat hadir di mimpiku
Yang terlihat samar tertutup cahaya
Kita tak saling kenal sebelumnya
Pertemuan itu mengingatkanku
Kamu yang nyata seolah ada dalam bayang semu
Bayang semu yang ada didalam mimpiku




Berawal dari pertemuan di dalam mimpi, hingga menjadi nyata
by : Veronika
27 Januari 2014

Jumat, 31 Januari 2014

Tanpa Cerita

Hai semuaa..
Setelah sekian lama saya telantarin blog ini, kangen juga ternyata. hehe
Udah 2014 aja nih dan saya belom ada perubahan. Suka nulis, iya. Ada ide, banyak. Tapi selalu aja gatau mau nulis apa buat ngawali cerita..
Kali ini, tulisan saya beri judul "Tanpa Cerita". Kenapa? karena saya juga paling gabisa kasih judul buat tulisan-tulisan saya. Lalu apa yang mau kalian baca disini, udah ga ada cerita lain lagi. Coba tengok judulnya..

Selasa, 21 Mei 2013

Serena Biskuit, camilanku! Mana camilanmu?


Pernah gak sih, kamu itu lagi laper tapi mau makan males banget? Saya sering. Saya selalu punya masalah dengan nafsu makan. Saya hanya suka makanan-makanan tertentu saja. Sayur pun, saya gak doyan. Alhasil waktu makanpun jadi tidak teratur. Padahal saya juga mempunyai sakit maag. Tau sendirikan, gimana jadinya kalo telat makan? Sudah pasti penyakit maag ini bakalan kambuh. Ini bener-bener mengganggu. Tapi, Ibuku punya cara tersendiri buat mengatasi problemku soal makanan ini. Mau tau? Simak!
Karena nafsu makan kurang, saya sering membeli camilan diluar rumah untuk mengisi perut agar tidak kosong. Padahal, makanan yang dijajakan itu belom tentu terjamin kebersihan dan kesehatannya. Sedangkan Ibu juga tidak bisa membuat camilan sendiri. Akhirnya Ibu menyiasatinya dengan membeli Serena Biskuit yang sudah terjamin kehigienisannya dan kesehatannya. Karena Serena Biskuit di olah dengan bersih sehingga terjamin higienis. Serena Biskuit ini juga terbuat dari bahan-bahan pilihan yang sudah pasti mengandung banyak gizi dan vitamin. Ibu percaya, dengan Serena Biskuit saya tetap sehat, meskipun susah makan.
Serena Biskuit yang paling sering saya bawa kemana pun saya pergi, ya Lemonia. Rasanya yang gurih dan renyah membuat saya ingin terus memakannya. Ditambah lagi taburan gula di atasnya yang memberikan rasa manis, membuat saya semakin tergoda untuk memilikinya. Rasa cookies lemon yang istiiimewaaaaa.
Bercanda bareng keluarga, selalu ditemani Serena, Serena Biskuit rasa istimewa menyatukan keluarga. Makan Serena Biskuit dengan keluarga kedua (teman-teman) juga seru. Bikin kita tetap bersatu, sembari me-lagu (menyanyi) dan suasana jadi baru.
Serena Biskuit, camilanku! Mana camilanmu?

Sabtu, 29 Desember 2012

SAAT IRONI MENJADI SEBUAH TRAGEDI

Indonesia merupakan negara kepulauan, yang berarti banyak pulau di dalamnya. Jika banyak pulau, sudah berarti memiliki air yang melimpah. Bahkan bumi ini pun tertutupi kira-kira oleh 70% air dan sisanya sudah pasti daratan yaitu kira-kira 30%. Jika air lebih mendominasi bumi kita, lalu kenapa di berbagai wilayah masih saja mengalami kekeringan? Disini saya akan membahas banyak tentang air.  
 Air merupakan kebutuhan esensial bagi makhluk hidup. Kebutuhan esensial disini maksudnya adalah kebutuhan yang harus ada(mutlak). Air sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia, hewan, tumbuhan untuk tetap bertahan  hidup. Bayangkan saja jika tidak air, sudah pasti tidak ada kehidupan di bumi ini.
Beberapa sumber air yang ada diantaranya yaitu:
1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
 
Dahulu kala, masyarakat masih benar-benar tradisional. Mereka belum mengenal yang namanya teknologi. Masyarakat yang hidup di zaman itu memanfaatkan air sungai sebijaksana mungkin untuk kebutuhan sehari-harinya. Pada saat itu, tentu aliran sungai masih bersih dan segar. Sangat memungkinkan bila masyarakat mencari makan di sungai(misalnya ikan). Bahkan mereka juga menggunakan air sungai sebagai air minum, namun tetap setelah melalui proses pemasakan terlebih dahulu. Ini masih terbilang layak karena kondisi sungai yang baik. Masyarakat juga menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian sekaligus untuk mandi. Namun ini bukan menjadi masalah, sebab pada saat itu belum ada yang namanya sabun dan semacamnya. Sehingga sungai tidak tercemari oleh bahan kimia yang terkandung di dalam produk tersebut.
Berbeda jauh bila dibandingkan dengan sekarang ini. Teknologi berkembang dengan pesat. Semua kebutuhan manusia menjadi lebih ringan. Pekerjaan apapun menjadi lebih cepat selesai. Dengan pesatnya teknologi inilah, manusia terus bereksperimen sehingga terciptanya perlengkapan dan peralatan yang lebih praktis. Namun bahan yang digunakan untuk memproduksi semua itu tidak lepas dari bahan-bahan kimiawi yang sebenarnya dapat mengganggu kesehatan. Tetapi apa boleh di kata, semua manusia modern pasti lebih memilih praktis daripada harus susah payah untuk suatu hal yang sepele. Hal yang dianggap sepele inilah yang harusnya di perhatikan. Karena yang mereka sepelekan adalah kesehatan makhluk hidup.
Disinilah masalah mulai terlihat. Limbah sisa hasil produksi tidak dipikirkan secara matang.
 Dengan berkembangnya teknologi, seharusnya mereka berfikir dan bereksperimen mengenai bagaimana cara mensterilkan limbah sisa produksi mereka dari bahan-bahan kimia serta dari bakteri yang berbahaya. Namun yang terjadi, banyak sekali pabrik-pabrik atau pun perusahaan yang tidak berfikir panjang. Mereka cenderung berfikir sempit karena ke egoisannya. Membuang limbah di sungailah yang terjadi sekarang ini. Tanpa mengolahnya terlebih dahulu untuk di sterilisasi dari bakteri dan bahan kimiawi, merka langsung membuangnya ke sungai. Tanpa dosa mereka tidak bertanggung jawab.
Sungai yang berwarna coklat pekat, hitam, dan bahkan berwarna hijau itulah limbah sisa produksi yang telah mencemari air. Air sungai yang tercemar pasti akan berbau busuk menyengat karena kandungan dari bahan kimia yang berbahaya, terutama logam. Tidak hanya itu, air yang tercemar juga banyak mengandung bakteri (misalnya Escherichia Coli). Apakah air tersebut masih layak untuk dikonsumsi seperti halnya pada zaman tradisional tadi? Tentu tidak, ini di karenakan kondisi air sungai yang sangat jauh dari kata layak.
Terlebih lagi jika perlengkapan dan peralatan tadi sudah usang bahkan rusak, pasti manusia akan membuangnya begitu saja dan membeli lagi yang lebih baik. Asal kalian tahu, hampir semua manusia malas untuk melakukan kegiatan. Ini juga merupakan dampak negatif dari perkembangan teknologi. Manusia terlalu menggantungkan hidupnya kepada teknologi. Yang memperparah keadaan adalah, untuk membuang sampah pada tempatnya saja manusia enggan untuk melakukannya. Mereka sudah terbiasa membuang sampah sembarangan. Di mana bereka berdiri(duduk), di situlah mereka akan membuang sampah. Betapa ironisnya hal ini.

Sampah bertebaran di mana-mana. Di darat bahkan di daerah aliran sungai. Tentu ini sangat tragis. Sungai yang seharusnya menjadi sumber air bersih malah menjadi lautan sampah yang menjijikkan. Sungai berwarna keruh, berbau dan tidak dapat mengalir ini sungguh sangat menyedihkan. Sumber air bersih berkurang satu demi satu. Semua ini karena ke egoisan kita manusia. Kapan semua menyadari hal ini? Dan kapan kita akan berubah untuk dapat memperbaiki kekacauan ini? Semua perlu adanya kerjasama antara pihak pemerintahan dan masyarakatnya.
2. Air yang berasal dari ‘Curah Hujan’
Pemerintah/ individu/ atau kelompok biasanya membangun bendungan dan tandon air untuk menampung air bersih yang berasal dari hujan itu. Ini bertujuan agar di saat musim kering, masyarakat masih mempunyai cadangan air untuk dapat melakukan aktivitas seperti MCK.  Tidak hanya itu, bendungan juga dapat menekan kerusakan bila terjadi musibah banjir.
3. Air Permukaan dan Air Bawah Tanah
Inilah sumber air yang paling bersih dan baik untuk dapat dikonsumsi makhluk hidup. Saat musim kering air di permukaan sering sekali surut hingga tanah terlihat sangat tandus. Jika sumber air dari permukaan sudah tidak keluar, masyarakat beralih untuk menggunakan air tandon yang ada. Jika musim kering berlangsung sangat lama, sudah pasti dalam jangka ang cukup panjang air tandon pun akan habis. Jika kedua dari sumber air bersih sudah tidak berfungsi lagi, masyarakat terpaksa menggunakan air sungai. Kalau sungai yang digunakan masih dalam kondisi yang baik, ini bukan masalah besar.
Ironisnya, masyarakat menggunakan air sungai yang beberapa sudah tercemar. Ini benar-benar tragis. Sungai yang tadi tercemari oleh limbah dan sampah, dijadikan masyarakat sebagai penopang hidup. Digunakan sebagai MCK dan beberapa orang yang kurang mampu menggunakan air sungai tersebut untuk diminum.

 Sangat-sangat tidak wajar bila di lihat. Namun apa boleh buat, air bersih yang di kelola oleh tiap PAM daerah hanya tersebar di daerah kota saja. Itupun hanya dalam skala yang kecil.
Padahal, tanpa pengolahan yang tepat, bahkan setelah direbus sekali pun, sumber air tersebut seringkali masih belum aman sepenuhnya dari kuman untuk dapat di minum. Dengan keadaan air yang sedemikian jauh dari kata sehat dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Seperti diare, cacingan, dan masih banyak lagi.
Maka Pureit menjadi jawaban atas misi tersebut. Dengan teknologi canggih, Pureit layak di pilih sebagai salah satu alternative intuk menghasilkan air minum tanpa menggunakan gas dan listrik. Selain praktis dan higenis, Pureit juga ekonomis.

Proses kerja pemurnian air dibagi menjadi 4 tahap:
Tahap 1: Saringan Serat Mikro menghilangkan semua kotoran yang terlihat
Tahap 2: Filter Karbon Aktif menghilangkan pestisida dan parasit berbahaya
Tahap 3: Prosesor Pembunuh Kuman menghilangkan bakteri dan virus berbahaya dalam air
Tahap 4: Penjernih menghasilkan air yang jernih, tidak berbau, dengan rasa yang alami
(dikutip dari :http://www.pureitwater.com/ID/4stage-purification)

Minggu, 28 Oktober 2012

Dunia Pendidikan di Indonesia



Menurut saya pendidikan di Indonesia bisa dilihat dari beberapa sudut pandang, jadi ada baiknya dan ada buruknya. Pendidikan dimana pun pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan masing masing. Disini saya sebagai seorang pelajar akan memberikan penilaian terhadap pendidikan yang ada di Indonesia sekarang ini.

Dilihat dari sistemnya, pendidikan di Indonesia ini mengajarkan seluruh mata pelajaran di setiap sekolah, seperti IPA, IPS, BAHASA, MATEMATIKA, PKn, TIK dan lain-lain. Dimana terdapat rincian yang lebih mendalam mengenai IPA yang terdiri dari kimia, biologi, fisika, dan IPS yang didalamnya ada Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Akuntansi, serta BAHASA yang terdiri dari Bahasa Indonesia, Jawa, Inggris, dan sebagainya. Hal ini memberikan dampak positif terhadap siswa siswinya, dimana mereka mendapatkan pengetahuan yang lebih luas mengenai dunia luar. Akan tetapi semua itu juga memberatkan siswa, karena mereka harus mengerti akan semua hal itu supaya mereka dapat mengerjakan tes tes yang diberikan di sekolah, sebab nilai yang baik sangat mempengaruhi kenaikan kelas seorang siswa. Dalam hal ini nilai dianggap segala-galanya karena nilai sangat berpengaruh didalam pendidikan.

Saya akan jelaskan lebih dalam mengenai hal diatas. Contohnya saja, ketika jam pelajaran pertama siswa mendapatkan pelajaran biologi, didalam ilmu biologi diajarkan mengenai adanya bakteri, virus, tumbuhan, binatang, lingkungan, dll. Dijelaskan, bagaimana perkembangan virus, bakteri dan apa yang menyebabkan mereka dapat hidup serta dijelaskan pula akibatnya jika virus maupun bakteri berkembang didalam tubuh manusia. Hal ini membuat siswa siswi menjadi tahu akan apa yang ada disekitar kita. Sehingga mereka dapat mewaspadai bagaimana cara mengantisipasi diri dari virus maupun bakteri yang merugikan manusia. Dan pada jam pelajaran selanjutnya, siswa siswi mendapatkan pelajaran sosiologi, didalam sosiologi dijelaskan, apa itu makhluk sosial, bagaimana cara bersosialisme, apa pentingnya bersosialisasi dengan orang lain dan sebagainya. Hal ini juga dapat mempengaruhi siswa siswi dalam berperilaku yang baik didalam masyarakat. Jadi intinya, ketika siswa diberikan pelajaran mengenai semua yang ada disekitarnya secara rinci, maka mereka mempunyai wawasan yang lebih luas, dimana wawasan tersebut dapat membuat siswa siswi berfikir jauh kedepan untuk dapat menghadapi serta menjalani kehidupan dengan lebih baik lagi. Dalam hal ini, siswa juga tidak mudah bosan dengan banyaknya pelajaran yang didapat karena banyaknya pelajaran dianggap sebagian siswa sebagai variasi pendidikan. Namun dampak negative dengan diajarkannya semua pelajaran kepada tiap tiap siswa adalah, mereka cenderung bingung untuk mendalami pelajaran yang diberikan, akibatnya siswa tidak dapat fokus dengan satu pelajaran saja, tetapi semua pelajaran harus mereka mengerti agar mendapat nilai diatas rata-rata. Karena hal inilah siswa menjadi terobsesi dengan nilai yang bagus, sebab sebagian masyarakat menganggap jika nilai disekolah bagus, itu berarti anak tersebut lebih pandai daripada yang mendapat nilai dibawah rata-rata. Karena obsesi yang besar untuk mendapat anggapan bahwa mereka “anak pandai”, banyak siswa yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai tujuannya itu. Dengan menghafal ketika akan ulangan, mencontek teman yang dirasa lebih pandai dari diri sendiri, dan bahkan dengan membawa sebuah contekan didalam laci. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa bersekolah bukan untuk mencari pengetahuan namun untuk mencari sebuah nilai yang dianggap segala-galanya. Pada akhirnya siswa tidak menyadari bahwa pendidikan dianggap mereka hanya sebagai formalitas. Itu berarti telah terjadi kesalahpengertian akan dunia pendidikan. Jadi menurut kalian, lebih baik jujur dengan nilai yang tidak cukup bagus karena belum sepenuhnya mengerti tentang pelajaran atau mendapat nilai bagus karena berbohong dan tidak mengerti sama sekali dengan pelajaran yang telah disampaikan, semata-mata demi mendapat sebuah anggapan “anak pintar”dari masyarakat ? Semua ini kembali lagi kepada pribadi masing-masing orang. Silahkan berfikir bijak dalam menjawab sebuah pertanyaan, karena sebuah jawaban menentukan jalan hidup anda selanjutnya.

Jika kita lihat dari segi pemahaman siswa mengenai pelajaran, itu semua tergantung dari bagaimana guru menerangkan, buku pelajaran yang dimiliki, ataupun fasilitas lain yang tersedia. Semua itu sebagai alat bantu siswa dalam mempelajari suatu hal. Disini guru berpengaruh besar dalam maju atau tidaknya siswa yang mereka didik. Misalnya, jika seorang guru hanya terpaku pada satu buku dan dia tidak mempunyai referensi lain bahkan kurang mempunyai wawasan, maka secara tidak langsung hal ini akan berdampak kepada muridnya, dimana muridnya tidak mengerti suatu pelajaran secara keseluruhan karena terbatasnya pengetahuan guru tersebut. Masalah ini sering terjadi dipelosok-pelosok desa, dimana sarana dan prasarana yang kurang memadahi disekolah menghambat mereka dalam mempelajari pengetahuan yang sifatnya berkembang dengan pesat. Tempat yang jauh dan tidak mudah dijangkau juga sering menjadi alasan pemerintah kesulitan dalam memberikan sarana dan prasarana yang baik untuk memajukan pendidikan di lingkungan masyarakat pedesaan. Oleh sebab itu, guru dan muridnya banyak yang buta terhadap teknologi karena keterbatasan sarana dan prasarana tersebut. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk mengikuti perubahan dan perkembangan yang terjadi dengan cepat. Mungkin hal itu jarang terjadi di perkotaan, karena masyarakat di perkotaan dapat mencari referensi lain tentang pendidikan dengan begitu mudahnya. Dimana mereka dapat memperoleh pengetahuan yang luas dari internet, tidak hanya itu, di kota sudah banyak toko buku yang tersebar di berbagai daerah . Hal ini semata mata karena dampak positif kemajuan IPTEK bagi dunia pendidikan. Jadi kesimpulannya, pendidikan di pedesaan dan di perkotaan menjadi berbeda karena sarana dan prasarana yang mereka peroleh juga berbeda. Mungkin dengan demikian, pemerintah harus lebih berusaha untuk memajukan pendidikan di pelosok desa, agar semua masyarakat sama sama mendapat pengetahuan untuk bekal dalam menjalani hidupnya.

Dari segi kepemilikan harta, sesorang yang kaya lebih mudah untuk mendapatkan pendidikan yang baik di sekolah daripada sesorang yang dianggap kurang mampu. Hal ini terjadi karena mahalnya pendidikan di Indonesia. Yang membedakan pendidikan sekarang adalah, seorang yang membayar lebih mahal akan mendapat sarana dan prasarana yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang membayar lebih murah akan mendapat sarana dan prasarana yang cukup layak bahkan tidak layak. Kerena inilah keadilan mulai sulit ditegakkan. Bahkan sekarang ini banyak siswa berduit yang mulai berani membayar guru bahkan kepala sekolah hanya demi mendapatkan kenyamanan didalam sekolah. Lalu apa kabar dengan mereka yang kurang mampu, mungkin sekarang mereka sudah tidak dapat merasakan pendidikan karena mahalnya biaya yang dibutuhkan. Terkadang, untuk makan saja mereka bertaruh hidup hanya untuk mendapatkan sesuap nasi, apalagi untuk bersekolah? Mungkin sebagian dari mereka sudah putus asa untuk dapat merasakan dunia pendidikan, bahkan untuk membayangkannya pun mungkin mereka tidak sanggup. Lalu bagaimana masyarakat miskin di Indonesia dapat berkurang, jika mereka saja kesulitan dalam mendapatkan sebuah pendidikan. Bagaimana mereka dapat hidup dengan baik di dalam dunia yang mengalami perubahan sosial yang berkembang dengan cepat, jika mereka saja tidak mengerti akan pengetahuan yang ada di dunia. Saya rasa hanya orang-orang yang mempunyai hati mulialah yang mau membantu dan memperhatikan hidup mereka agar menjadi lebih baik. Lalu siapa lagi yang dapat mengatasi ketidakadilan ini, jika bukan dari diri masing masing orang yang menyadari perbuatan ini. Kembali lagi pada biaya pendidikan yang mahal. Banyak isu beredar bahwa semua pendidikan akan digratiskan, namun kenyataannya biaya pendidikan sekarang ini justru semakin mahal. Dalam hal ini kita tidak dapat saling menyalahkan, mungkin introspeksi diri adalah salah satu cara yang tepat untuk menyadari ketidakadilan tersebut.


Dari tiga sudut pandang tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kualitas pendidikan di Indonesia sudah baik. Namun karena mahalnya biaya yang diperlukan, justru menyulitkan rakyat untuk dapat memperoleh pendidikan itu sendiri. Keadilan juga harus ditegakkan didalam dunia pendidikan, supaya semua warga dapat merasakan pendidikan yang baik di Indonesia.